1. Manusia dan Pandangan Hidup
A. Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan hidup artinya pendapat
atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan. Pendapat atau
pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman
sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu
bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui
proses waktu yang lama dan terus menerus, sebingga basil pemikiran itu dapat
diuji kenyataannya.Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga
diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu
sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali
macamnya dan ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan
berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
Pandangan hidup yang
berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya . Pandangan
hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan nonna yang
terdapat pada negara tersebut. Pandangan hidup hasil renungan yaitu
pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima
oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup
itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi politik, ideologinya
disebut ideologi politik. Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut
ideologi negara. Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu
cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan
satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita – cita ialah apa yang
diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang
hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia
makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau peIjuangan adalah kerja keras yang
dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan
akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
B. Pengertian
Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani
dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau
konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideology secara umum adalah
sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah pedoman normative yang dipakai
oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang
dijunjung tinggi.
Dengan pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai
bidang kehidupan manusia.
Ideologi merupakan cerminan cara
berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat
itu menuju cita-cita yang mereka inginkan. Ideologi merupakan sesuatu yang
dihayati dan diresapi menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan
yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin mendalam
kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk
melaksanakannya.
Komitmen itu tercermin dalam sikap
seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat, yang harus
ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun masyarakat.
Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam
yang dimiliki dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan
atau pandangan hidup mereka. Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui
bagaimana cara yang paling baik, yaitu secara moral atau normatif dianggap
benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara,
mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.
Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk masyarakat yang
lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.
C. Pengertian
Cita-Cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia,
yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau
diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan
pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada umumnya
cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan
perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang
makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin
atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Disini
persyaratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehinga usaha untuk mewujudkan
cita-cita itu tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita ingin
menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir baik, sehingga tidak
punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan
realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak
waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung
dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua,
kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga,
seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang mau mencapai
cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan,
sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian
banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit
mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya
sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa
yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh
hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu
perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.
Faktor kondisi yang mempengaruhi
tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang
menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi
yang merintangi tercapainya suatu cita-cita, Misalnya sebagai bcrikut :
Amir dan Budi adalah dua anak pandai
dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak orang yang
cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan.
Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor
yang menguntungkan atau memudahkan mencapai cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan
Budi yang orang tuanya ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai
cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan bagi Budi
dalam mencapai cita-citanya.
D. Pengertian Sikap
Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati
dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa positif, bisa negatif, apatis atau
sikap optimis atau persimis, bergabung pada pribadi orang itu dan juga
lingkungannya.
Sikap itu penting, setiap orang
mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat
dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap ini terjadi
melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap tegas,
berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik kearah
sikap itu. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan.
Dalam menghadapi kehidupan, yang
berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada
beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis ini disebut juga sikap positif
yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap
rendah hati dan sikap bangga.
Sikap nonetis atau negatif ialah
sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah
diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan dari diri pribadi, karena sangat
merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
Dalam berbagai perpustakaan,
khususnya yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap
tidak lain merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti
bahwa sikap seseorang terhadap objek tertentu pada dasarnya merupakan hasil
penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang bersangkutan dengan dipengaruhi
oleh lingkungan susial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap objek tersebut
Dalam kurun waktu setengah abad
terakhir inipengkajian terhadap sikap manusia, khususnya yang dilakukan oleh
disiplin spikologi sosial, ada yang mengatakan sikap berpangkal pada pembawaan
atau kepribadian, ada yang menempatkan sikap sebagai motif atau sesuatu kontruk
yang mendasari tingkah laku seseorang, dan ada pula yang mengidentikkan sikap
sengan keyakinan, kebiasaan, pendapat atau konsep-konsep yang dikembangkan oleh
seseorang. Bahwa mengidentifikasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung
akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih
tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi ada
kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus tertentu, sementara dalam
penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsang sosial dan
reaksi yang bersifat emosional.
Menurut T. M. Newcomb, sikap manusia
bukanlah suatu kontruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan yang lain, seperti dorongan,
motivasi, nilai-nilai sikap. Dorongan adalah keadaan organisme yang
menginisiasikan kecendrungan kearah aktivitas umum. Motivasi adalah kesiapan
yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku dan bermotivasi.
Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivikasi,
sedangkan nilai-nilai adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap
berbagai pola sikap dapat.
Menurut Van Peursen dalam bukunya
strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman
dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode
peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga pagiode itu
adalah:
· Tahap mitis ialah
sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib
disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan
· Tahap antiologi
ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia menyusun suatu
ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu (antologi) dan
mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu)
· Tahap fungsianal
ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia modern. Ia
tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap mitis), ia tidak lagi dengan
kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap antologis).
Sementara itu Franz Magnis Suseno
melihat adanya dua bahaya yang terjadi kendala bagi manusia dalam upaya
memenuhi ataupun mempertahankan sikap hidup, kedua bahaya yang dimaksud adalah
nafsu dan pamrih.
Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar
yang bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara
buta secara lahir. Nafsumemperlemah manusia karena pemborosan kekuatan-kekuatan
batin tanpa guna. Seseorang yang dikuasai nafsu, boleh jadi tidak lagimenuruti
akal budinya, tidak bisa lagi mengembangkan segi-segi halusnya, semakin
mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik dan ketegangan-ketegangan dalam
masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan ketentraman.
Pamrih dan egoisme juga menjadi
musuh manusia. Ini bias dimengerti mengingat seseorang yang bertindak lantaran
pamrih semata-mata biasanya cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa
memperdulikan kepentingan masyarakat. Dilihat dari kacamata sosial pun pamrih
itu selalu mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap
keselarasan sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari dalam,
karena sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya
sendiri. Dengan demikian itu ia mengisolasikan dirinya sendiri dan memotong
diri dari sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam individualitasnya,
melainkan dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada dasar jiwa mereka.
Menurut Soetrisno
dalam bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin Falsafah Hidup
Orang Jawa, ia melihat adanya tiga, yaitu:
· Selalu ingin
menang sendiri
· Selalu ingin benar
sendiri
· Hanya mementingkan
kebutuhannya sendiri
Selain yang tertera diatas ada juga
sikap lain yang dianggap kurang baik, yaitu kebiasaan untuk menarik keuntungan
sendiri dari setiap situasi tanpa memperhatikan masyarakat kecendrungan untuk
memperoleh hak yang lebih dibanding orang lain dengan alasan juga yang
diberikannya.
2. Manusia dan Harapan
1.1 Makna Harapan
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Berhasil
atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan.
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi;
sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian
harapan menyangkut masa depan.
Harapan adalah keyakinan
emosional pada kemungkinan hasil positif yang berhubungan dengan kejadian dan
keadaan hidup. Harapan membutuhkan tingkat ketekunan yaitu percaya bahwa
sesuatu itu mungkin terjadi bahkan ketika ada indikasi sebaliknya. Rasa
keyakinan dalam pengertian ini sangat dekat dengan makna yang diberikan kepada
iman.
Contoh termasuk harapan
yaitu berharap untuk mendapatkan kaya, berharap seseorang yang sembuh dari
penyakit, atau berharap bahwa seseorang memiliki perasaan timbal balik cinta.
Harapan merupakan keadaan
emosional yang timbul karena adanya rasa kepercayaan pada hasil yang positif
berkaitan dengan kejadian dan keadaan dalam kehidupan seseorang. Keputusasaan
adalah kebalikan dari harapan. Harapan
merupakan "perasaan apa yang diinginkan dapat memiliki atau dimiliki atau
berharap sebuah peristiwa akan berubah untuk yang terbaik" atau tindakan
" melihat ke depan untuk sesuatu dengan keyakinan keinginan yang masuk
akal" atau "merasa sesuatu yang diinginkan dapat terjadi ".
Definisi lain adalah "untuk menghargai keinginan dengan antisipasi",
"menginginkan dengan harapan didapatkannya", atau "untuk
mengharapkan dengan percaya diri".
1.2 KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari
kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Dalam hal beragama
tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama
itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Misalnya Adi beragama islam, maka
yakinlah Adi bahwa agama itu benar. Kalau Adi tidak yakin bahwa agama itu
benar, maka itu bukan agama bagi Adi. Sebaliknya, kalau orang lain beragama
lain, harus dianggap bahwa ia yakin terhadap kebenaran itu. Keyakinan itulah
yang perlu dihormati.
TULISAN 4
1. MACAM IDEOLOGI
1. Kapitalisme
Dalam
abad ke-18 istilah ini digunakan secara umum dalam artian yang mengacu pada
kapital produktif. Karl Marx membuat istilah ini menjadi suatu konsep sentral
yang disebutnya sebagai "cara produksi".
Ciri-ciri
sejarah kapitalisme menurut Berger meliputi penggunaan kalkulasi rasional untuk
mendapat keuntungan. Ciri yang lain adalah penyesuaian semua alat produksi
material antara lain tanah, perkakas, mesin-mesin sebagai hak pribadi,
kebebasan pasar (kebalikan dari berbagai pembatasan yang sangat feodal pada
masa prakapitalis), teknologi rasional yang memacu aktivitas ekonomi, suatu
sistem hukum yang rasional (sehingga dapat diramalkan), buruh bebas (kebalikan
dari perbudakan), dan komersialisasi ekonomi.
Dalam
catatan Berger, hubungan antara kapitalisme dengan nilai-nilai kebudayaan
(terutama nilai-nilai agama) menjadi inti karya klasik Max Weber, The
Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. la mengemukakan bahwa reformasi Protestan, tanpa
disengaja, telah mendorong timbulnya sikap-sikap yang sangat cocok bagi usaha
kapitalis. Lutherianisme memulainya dengan jalan mengubah arti
"pekerjaan" dari bersifat keagamaan menjadi keduniawian. Kalau sebelumnya
seseorang mendapat "pekerjaan" sebagai pendeta atau anggota suatu
ordo kegerejaan, sekarang setiap pekerjaan yang sah di dunia harus dianggap
sebagai "pekerjaan". Sumbangan paling menentukan bagi perkembangan
"semangat kapitalisme" kemudian datang dari Calvinisme.
Tentang
periode sejarah perkembangan kapitalisme, terutama kapitalisme industrial,
secara kronologis Dillard membaginya menjadi tiga fase perkembangan,
sebagaimana diungkap oleh Hikmat Budiman (1989).
-
Fase
Pertama, Kapitalisme Awal (1500-1750),
yakni kapitalisme yang bertumpu pada industri sandang di Inggris selama abad
XVI sampai XVIII.
-
Fase
kedua adalah Kapitalisme Klasik
(1750-1914), ketika pembangunan kapitalis bergeser dari perdagangan ke
industri. Ini adalah fase kapitalisme dengan ideologi laissez faire, yang
diturunkan dari ajaran Adam Smith. Fase klasik kapitalisme inilah yang,
sekarang lebih dikenal sebagai kapitalisme liberal.
-
Fase ketiga adalah apa yang oleh Dillard disebut sebagai kapitalisme fase
lanjut, yang mulai berkembang sejak tahun 1914 dengan momentum historis perang
dunia I sebagai titik balik perkembangan sistem tersebut. Di awal abad ke-20,
kapitalisme mulai memasuki fase kapitalisasi yang tidak lagi tradisional. Fase
ini juga ditandai oleh bergesernya hegemoni kapitalisme dari Eropa ke Amerika
Serikat, dan bangkitnya perlawanan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika terhadap
kolonialisme Eropa. Sementara itu, Revolusi Rusia tidak saja telah berhasil
membongkar lembaga utama kapitalisme yang berupa kepemilikan pribadi atas sarana
produksi di wilayah yang luas, melainkan juga keruntuhan struktur kelas sosial,
bentuk-bentuk pemerintahan tradisional, dan agama yang sebelumnya mapan.
Semangat dari revolusi kaum Boklshevik ini berhasil tampil ke depan menantang
keunggulan keunggulan organisasi ekonomi kapitalisme sebagai sebuah sistem
produksi. Dan di atas segalanya, ideologi laissez faire yang menjadi
kesepakatan abad ke-19 secara telak telah dipermalukan dan dirontokkan oleh
perang dan pengalaman pahit sesudahnya. Meskipun Dillard tidak secara eksplisit
menyebutkannya, tetapi dari uraiannya bisa disimpulkan bahwa fase inilah yang
kemudian dikenal sebagai kapitalisme monopolis.
2. Sosialisme
Sosialisme adalah
sebuah istilah umum untuk semua doktrin ekonomi yang menentang kemutlakan milik
perseorangan dan menyokong pemakaian milik tersebut untuk kesejahteraan umum.
Istilah sosialis
menunjuk pada doktrin yang didirikan pada ekonomi kolektivisme. Dasar
sosialisme ada dua. Pertama, kontrol kolektiv atas sekurangkurangnya
alat-alat produksi. Kedua, perluasan dari fungsi dan aktivitas negara.
Pada masyarakat sosialis, suatu komunitas yang terorganisir memiliki wewenang
untuk mengelola secara mandiri tanah, modal, mekanisme produksi; termasuk juga
dalam hal pendistribusian barang dan hal-hal lain yang dianggap perlu bagi
tercapainya kesejahteraan umum.
Sosialisme sering
dikatakan sebagai antitesa kapitalisme, yang tingkah laku ekonomi dikuasai oleh
kepentingan untuk memperoleh keuntungan maksimal lewat persaingan bebas, sistem
pasar, dan harga. Sosialisme merencanakan masyarakat berdasarkan dorongan
kerjasama ketika tidak terdapat hak milik perseorangan; dan meleburnya kelas
kaya dan miskin, majikan dan buruh: Sosialisme mencita-citakan sebuah
masyarakat yang didalamnya semua orang hidup dan dapat bekerja sama dalam
kebebasan dan solidaritas dengan hak-hak, yang sama. Tujuannya ialah
mengorganisir buruh dan menjamin pembagian merata hasil-hasil yang dicapai,
memberikan ketenteraman dan kesempatan bagi semua orang.
3. Komunisme
Pada
awalnya, sosialisme dan komunisme mempunyai arti yang sama, tetapi akhirnya
komunisme lebih dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal. Kaum komunis
modern menganggap dirinya sebagai ahli waris teori Marxis sebagaimana yang
tertera dalam Manifesto Komunis oleh Marx dan Engels. Marxisme menganggap
pengawasan alat produksi tidak saja sebagai kunci kekuasaan ekonomi, tetapi
juga kunci kekuasaan politik dalam Negara. Istilah komunisme sering dicampuradukkan
dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan
partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut
"Marxisme-Leninisme". Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai
dari peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai
dari buruh, namun
pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi
partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat
diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro.
Ideologi Marxisme-Leninisme meliputi ajaran dan paham tentang (a) hakikat
realitas alam berupa ajaran materialisme dialektis dan ateisme; (b) ajaran
makna sejarah sebagai materialisme historis; (c) norma-norma rigid bagaimana
masyarakat harus ditata, bahkan tentang bagaimana individu harus hidup; dan (d)
legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok orang atas nama kaum proletar.
Komunisme sebagai anti kapitalisme
menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana
kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik
rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme
juga disebut anti liberalisme.
Ciri-ciri inti
masyarakat komunisme adalah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat
produksi, penghapusan adanya kelas-kelas sosial, menghilangnya negara,
penghapusan pembagian kerja. Kelas-kelas tidak perlu dihapus secara khusus
sesudah kelas kapitalis ditiadakan; karena kapitalisme sendiri sudah menghapus
semua kelas, sehingga tinggal kelas proletariat. Itulah sebabnya, revolusi
sosialis tidak akan menghasilkan masyarakat dengan kelas atas dan kelas bawah
lagi.
Secara umum komunisme sangat membatasi
agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama adalah racun yang membatasi
rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata.
4. Fasisme
Fasisme
sebagai sebuah sistem filsafat lahir setelah Mussolini berkuasa di tahun 1922.
Fasisme berakar pada idealisme, nasionalisme, sosialisme, dan juga
republikanisme. Konsep dasar fasisme adalah bahwa negara memiliki suatu
kehidupan, kesatuan dan kewenangan yang tidak selalu sama dengan yang
diinginkan individu. Orang dibuat seragam dan menjalani disiplin tertentu dalam
rangka meraih tujuan-tujuan moral dan kultural. Pemerintahan negara diberi
wewenang untuk mengendalikan kegiatan warga negaranya. Buruh dan modal harus
dapat bekerja seiring dan kalau perlu dalam pengawasan dan tekanan negara.
Pemerintahan fasis selalu otoriter dan totalitarian.
Contoh
dari negara fasis adalah rejim Nazi Jerman, fasis Italia, imperialisme Jepang;
suatu bentuk pemerintahan otoriter kanan yang kini menghilang. Paham otoriter
fasis menyerupai komunisme modern dalam banyak cara dan taktik pemerintahan.
Fasisme menghendaki pemerintahan satu partai dan meniadakan perbedaan politik
yang bebas bukan saja sebagai alat, tetapi juga sebagai tujuan. la
terang-terangan mempercayai adanya perbedaan antara orang yang memerintah
dengan yang diperintah, antar segolongan elit dan masa. la membenci
liberalisme, kemerdekaan berbicara dan berkumpul. Fasisme secara
terang-terangan menyebut negara sebagai alat permanen untuk melaksanakan tujuan
bangsa.
2. CONTOH MANUSIA DAN HARAPAN dalam
kehidupan sehari-hari
Bagi seorang anak kecil pun dapat mempunyai harapan dalam dirinya,
misalkan saja seorang anak mempunyai harapan untuk mendapatkan hadiah
dari orang tuanya serta orang disekitarnya pada saat dia ulang tahun. Untuk
mendapatkan sesuatu yang diharapkannya dia dapat melakukan meminta langsung
terhadap orang tuanya.
Bagi seorang remaja mengharapkan orang yang dicintainya dapat
menerima cintanya dan menjalin suatu hubungan. Dari hal yang diharapkan
tersebut dia dapat melakukan hal-hal yang dibilang tidak masuk akal pun
dilakukan hanya untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari pasangannya
itu.
Bagi seorang pelajar, misalkan dia menginginkan mendapatkan nilai
bagus dan dapat lulus dengan nilai yang baik, maka dia dapat melakukan beberapa
hal untuk mendapatkan nilai terbaik itu, contohnya saja dengan cara belajar
dengan baik, giat dan serius. Meminimalisir kegiatan bermain.
Bagi seorang dewasa, misalkan saja seseorang yang berharap naik
pangkat dari pekerjaanya. Dia akan berusaha menjadi lebih baik lagi terhadap
pekerjaanya dan berperilaku baik dalam kesehariannya agar dapat mencapai yang
telah diharapkannya.
Dari seseorang yang telah berusia lanjut, mereka juga punya harapan
terakhir. Misalkan terhadap yang sudah ingin meninggal biasanya memberikan
suatu pengharapan lewat surat wasiat yang diberikan kepada keluarganya berupa pesan
dalam hal harta atau apapun.
Sumber :
destri-defafh.blogspot.com/2012/03/makna-kepercayaan.html
pendidikansenirupapatung.blogspot.com/.../pkn-macam-macam-ideologi...
cahyadiblogsan.blogspot.com/2012/.../analisis-perbandingan-ideologi.ht...